“guru, bagaimana caranya mendapatkan ilmu bahagia?” murid itu mengawali dengan bertanya. “Aku ingin pandai dan bijaksana seperti guru.”
“Ambillah jimatku di atas gunung, ada sebuah batu besar mirip gajah, di bawah batu itu aku simpan jimat yg bisa membuatku hebat seperti sekarang”
Sampailah sang murid di persawahan yang luas membentang. Ada beberapa petani yang sedang mengairi sawah, ada pula yang membajak tanah dengan bantuan kerbau. Tengah hari tampak istri-istri petani menyusul membawa bekal buat suami. Melihat si murid yg nampak kelelahan, seorang petani itu memanggilnya untuk menyantap bekal bersama. Tapi ditolaknya juga.
Lalu sampailah ia di sungai yang jerniiiih sekali…
Melihat gunung itu, si murid langsung bangkit lagi.
“Aku tak boleh berleha-leha. harus segera sampai atas sana agar bisa kudapatkan jimat bahagia” katanya.
Ia pun segera berkemas dan melanjutkan perjalanan. Ia sampai di atas gunung ketika hari sudah beranjak senja. Ia segera mencari jimat yg dimaksudkan gurunya. Sesudah ketemu lalu ia segera turun.
Sesampainya di depan guru, ia menyerahkan jimat yg diminta. Lalu sang guru itu bertanya,
“Ceritakan padaku sudahkah kau peroleh ilmu bahagia? bagaimanakah rupanya ilmu itu?”
Sang guru hanya tersenyum, lalu membuang jimat tadi ke tempat sampah. Si murid jadi tambah semakin heran tak karuan.
Guru pun menjawab, “kebahagiaan itu bukan terletak apa yang kau dapat di akhir perjalananmu, tapi sejak kau mulai perjalananmu mencarinya, yaitu bagaimana kau mendapatkan itu.”
“Pikiran dan hatimu terlalu penuh oleh Jimat itu sehingga kau lupa mengambil kunci-kunci bahagia yang kau temui selama perjalanan. Tuhan menitipkan ilmu bahagia pada keceriaan anak-anak di pasar malam, pada keramahan petani yg mau berbagi, pada sungai yang sejuk lagi sunyi. tapi kau tak memperhatikan itu semua.”
Kayen, 1 November 2012
*judul dan cerita fiksi ini muncul begitu saja. Muncul sebagai jawaban spontan dari pertanyaan mahasiswi komunikasi UPN tentang bagaimana seharusnya memanage diri karena galau skripsi, ngebet nyari beasiswa luar negeri, dan pengen jadi top leader perusahaan besar. aku hanya bisa mengamini. 🙂
[lupa mengambil kunci-kunci bahagia yang kau temui selama perjalanan] bagian iki sumpah,,, maknyus banget Mas Ni’…. 🙂 sering2 nggawe dongeng yaaa,,, stok nggo ponakan2ku 😀 😀