Beberapa waktu yang lalu saya mendapat pertanyaan baik via email, SMS, dan Instant Messenger dari teman-teman yang lolos seleksi berkas program IELSP. Pertanyaan mereka nyaris sama, apa saja pertanyaan dalam wawancara berikutnya, apa saja yang harus saya siapkan, dan bagaimana saya dulu menjawab pertanyaan kok bisa lolos.
Beberapa orang saya jawab, karena kebetulan saya sedang ‘selo’, lainnya semoga terjawab melalui catatan ini. Sebelum saya jawab, pertama saya ingin mengucapkan SELAMAT! Karena jika anda dipanggil untuk wawancara beasiswa berarti anda termasuk kandidat berkualitas.
Pada dasarnya ada dua jenis interview, bersahabat dan kurang bersahabat bahkan ‘killer’. Wawancara yang bersahabat biasanya menanyakan pertanyaan-pertanyaan langsung berkaitan dengan beasiswa/program. Tujuan dari interview semacam ini lebih pada pemahaman anda tentang program dan kesesuaian pengalaman/pengetahuan anda dengan program mereka. Sementara dalam wawancara yang ‘killer’, juri sebenarnya ingin mengetes bagaimana anda bereaksi terhadap pertanyaan/kondisi yang sulit dan menegangkan. Juri sengaja menciptakan suasana seram dan suram untuk melihat kepribadian anda dalam situasi penuh tekanan. (meskipun beberapa juri memang sudah dari sononya jadi spesialis judes dan angker. Hehehe)
Jika anda ndilalah bertemu dengan juri yang killer, yang perlu diingat dalam persepsi anda adalah bahwa mereka tidak bermaksud menyerang anda secara personal atau menjatuhkan anda dari kompetisi. Sebenarnya mereka sedang mengamati anda, reaksi anda, bahkan keteraturan nafas dan kejelasan jawaban anda dalam menghadapi situasi yang sulit. Anggap saja, mereka bersikap yang sama kepada semua saingan anda.
Jadi bagaimana caranya lolos dari seleksi wawancara?
Ada dua kunci untuk lolos seleksi. Pertama, jangan lupa bahwa juri/pewawancara juga manusia, sebenar-benarnya manusia. Jadi perlakukan mereka selayaknya manusia. Mereka bukan hantu, bukan patung, bukan pula wedhus gembel yang harus ditakuti. Kedua, praktek dan praktek. Saya masih ingat betul apa yang saya lakukan 2 tahun lalu. Sehari sebelum wawancara, saya rela menunggu mbak Rani, kakak angkatan yang terbukti sukses dalam berbagai wawancara beasiswa dan waktu itu masih jadi asdos, sampai sore, sampai kampus sepi. Waktu itu bahkan saya minta dibuatkan contoh pertanyaan sekaligus jawaban (dalam bahasa inggris tentunya). Malamnya, contekan itu kuhapalkan sambil mematut-matut diri di depan cermin, kira-kira sudah cukup meyakinkan atau belum. 😀
Seberapa pun seringnya anda mengikuti tes wawancara, jangan pernah meremehkan persiapan sebelumnya.
Ada baiknya teman-teman menyiapkan diri dengan bekal informasi antara lain tentang: tujuan beasiswa diberikan, kriteria orang-orang yang terpilih, dan latar belakang dari organisasi pemberi beasiswa. Dengan mengetahui informasi tersebut, kita jadi bisa menyesuaikan dengan pengalaman dan harapan kita ikut program tersebut. Misalnya saja, IELSP adalah program belajar bahasa inggris di negara yang berbahasa inggris, sementara saya adalah lulusan program bahasa di SMA, dengan nilai di atas rata-rata, tetapi merasa minder, karenanya tidak cakap, bercas-cis-cus bahasa Inggris. Jadi program ini sangat sesuai dengan kebutuhan saya.
Tahap wawancara dari seleksi apapun sebenarnya bertujuan untuk menunjukkan siapa diri kita sebenarnya. Apakah informasi yang kita berikan di formulir sebelumnya sama dengan kenyataan. Nilai lebih apa yang kita miliki sehingga pantas mendapatkan beasiswa tersebut. Pengalaman hidup seperti apa yang menjadikan kita menjadi seperti sekarang. Kemudian kontribusi apa yang bisa kita berikan nantinya.
Beberapa kualifikasi yang sering menjadi syarat beasiswa antara lain, memiliki kemampuan kepemimpinan yang kuat, mampu berkomunikasi dengan baik, mampu bekerja sama dalam tim, dan problem-solver. Dalam formulir mungkin kita sudah mencantumkan semua pengalaman organisasi yang pernah kita ikuti. Dalam wawancara ini tak perlu disebutkan lagi satu-persatu. Cukup ceritakan satu atau dua saja. Mulailah dengan menceritakan dalam organisasi apa kita terlibat. apa jabatan atau tanggung jawab yang kita miliki. Apa tantangan/problem yang harus kita atasi dan tentunya bagaimana kita menyelesaikannya. Di akhir cerita, jangan lupa untuk selalu menyatakan dalam satu kalimat tentang pelajaran yang kita ambil dari pengalaman itu. misalnya saja, “Dari pengalaman saya menjadi ketua bla bla bla saya belajar bla bla bla… (isi sendiri)”. Semakin tinggi level tanggung jawab yang kita punya, semakin bernilai pengalaman kita. Tapi bukan berarti harus menjadi ketua organisasi. Memiliki sikap kepemimpinan tidak sama dengan menjadi pemimpin.
Ini adalah tentang bagaimana ‘menjual diri’ di hadapan para juri. Meskipun begitu harus diingat bahwa kita bukanlah pusat perhatian, setidaknya belum. Oleh karena itu kita harus menjaga wawancara itu berlangsung secara interaktif dengan tidak hanya fokus pada diri sendiri. Narsis memang bukan tindakan kriminal, tetapi tidak boleh melebihi dosis.
Dalam menjawab pertanyaan, saya ingin menegaskan dua hal, jujur dan menjadi diri sendiri. Tidak perlu berpura-pura menjadi orang yang tepat waktu jika memang memiliki kesulitan mengatur waktu. satu hal yang pasti adalah yakinlah pada diri sendiri. jika meyakinkan diri sendiri saja anda gagal, bagaimana bisa meyakinkan orang lain bahwa anda memang layak.
Tentang Pakaian dan Sikap
Penelitian menunjukkan bahwa dalam pidato/presentasi, audiens lebih mengingat bagaimana penampilan visual dan suaranya terdengar daripada apa isi yang disampaikan. Berikut ini beberapa tips agar penampilan kita terlihat meyakinkan:
1. Berpakaian yang pantas. You are what you wear. Sebagian orang menganggap mengenakan jam di tangan mengindikasikan seseorang menghargai waktu. (saya tidak punya jam tangan bukan berarti saya tidak menghargai waktu lhoo… kan sudah ada HP). Padanan kaos, celana jeans, dan sepatu kets berarti kasual dan cenderung tidak formal. Sementara kemeja, celana bahan, sepatu hitam dianggap formal dan penting. Rambut acak-acakan dan aroma penguk itu jelas tanda mahasiswa jarang mandi. hahaha
2. Duduklah yang tegak dan proporsional. Selama wawancara jangan membungkuk (kecuali memang kamu punya masalah dengan tulang belakang). Duduk dengan punggung tegak memberi kesan percaya diri, kuat, dan cerdas
3. Bicaralah dalam nada dan intonasi suara yang positif. Tak perlu berorasi seperti orang demonstrasi atau ngotot seperti dalam debat politisi. Kalau perlu gunakan kalimat positif, kata kerja positif.
Tetapi juga jangan monoton seperti pembaca berita TVRI
4. Bicaralah dengan tempo natural. Anggap saja sedang mengobrol dengan pacar di suatu senja di pinggir pantai. Santaaai kayak di pantai. Jamaknya orang, semakin nervous semakin cepat bicaranya.
5. Gunakan gesture (gerak tubuh) sewajarnya. Tangan dan muka sangat membantu untuk mengekpresikan emosi. Tapi jangan sampai tangan bergerak mendahului perkataan. Cobalah anda lihat video-video ketika SBY pidato lalu perhatikan apa yang terjadi dengan tangannya. Itu! (Mario Teguh mode hehehe)
6. Buatlah kontak mata dengan juri. Sebaiknya kontak mata dilakukan di awal percakapan. Ada yang mengatakan mata adalah jendela jiwa. Jadi kontak mata ibarat mengetuk pintu/jendela, meminta ijin untuk masuk ke dalam rumah dan mengenal lebih jauh jiwa pemiliknya. Kontak mata memberi kesan antuasiasme, kenyamanan diri, dan kejujuran.
7. Last but not least, Keep Smile. Tidak ada yang lebih menegangkan dari percakapan dengan seseorang yang tidak pernah tersenyum.
Selamat wawancara dan sukses_selalu semoga menyertaimu